Meresapi Ketenangan Di Lubuk Torok, Riau
![]() |
| Berada diantara jeram Lubuk torok bersama Si Nduk |
Lubuk torok merupakan tempat wisata yang berada di propinsi Riau. Tepatnya di dusun Pinaso, desa Siabu, kecamatan Salo, Kampar. Letaknya yang tidak begitu jauh dari sentra kota Pekanbaru menciptakan Lubuk torok ramai pengunjung. Apalagi pada hari libur dan ahir pekan.
Dari banyak sekali pertimbangan saya putuskan untuk melaksanakan camping ceria disebuah lubuk yang letaknya tidak jauh dari kota Pekanbaru, Riau. Kami berangkat dengan beranggotakan 6 personil dari Pekanbaru memakai kendaraan roda dua. Dengan teman-teman gres saya menyusuri jalanan menuju arah Bangkinang dengan hati riang. Karena perasaan itulah yang diharapkan dalam sebuah perjalanan. Walau ditemani suhu yang sedikit berbeda dengan tanah Jawa dan terik yang begitu terasa menyengat kami tetap menikmati perjalanan tersebut. Sesampainya dipertigaan sebelum gapura selamat tiba di kota Bangkinang kami berbelok kearah kiri menyusuri jalanan lengang yang dikelilingi hutan semak, kebun karet, dan beberapa bangunan gedung yang dimiliki kota Bangkinang. Di perjalanan menuju Lubuk Torok kami juga melewati salah satu obyek wisata Sungai hijau yang selalu ramai pengunjung diahir pekan.
![]() |
| Beristirahat dijalan bersama Si Nduk, Darma, dan Dewi |
Setelah berjalan sekitar satu setengah jam, kami tiba dipertigaan menuju desa siabu-abu. Siabu-abu yakni desa terahir sebelum hingga di Lubuk Torok. Kita sanggup menitipkan kendaraan disalah satu rumah warga. Tempat yang paling terkenal untuk menitipkan kendaraan yang kita bawa yakni rumah Pak dhe Yanto. Salah seorang dari Jawa yang menetap di desa Siabu-abu. Pak dhe juga mempunyai kebun karet yang sanggup dipakai untuk mendirikan camp. Dikebun Pak dhe juga terdapat pondok yang berbentuk panggung. Jadi, kita sanggup menginap disitu meskipun tidak membawa perlengkapan camping sekalipun. Hanya logistik yang dihentikan ketinggalan untuk menyambung hidup selama kita berada disana.
Usai beristirahat sejenak sehabis menempuh perjalanan selama lebih dari 2 jam, kami tetapkan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menuju Pondok pak dhe. Perjalanan awal merupakan yang terberat jika berdasarkan saya. Karena kita harus berjalan diatas jalanan beraspal pedesaan dengan terik yang begitu menyengat. Namun, jalan masih mendatar dan tidak ada tanjakan sama sekali. Setelah berjalan belasan menit, kita akan menjumpai perkebunan sawit milik warga yang berbatasan pribadi dengan pemukiman. Jalan yang kita lalui juga masih mendatar diantara pepohonan sawit.
Di tengah perjalanan kita akan melalui sungai yang juga berasal dari Lubuk torok. Kami sempat beristirahat sejenak untuk mengisi perut dengan sepotong roti yang kami bawa sebagai bekal. Setelah itu perjalanan kami lanjutkan kembali dengan medan yang tidak begitu berbeda dari sebelumnya. Saya sendiri berjalan diurutan paling belakang. Hal itu bukan lantaran saya yang terkuat dari semua anggota. Sehingga berjalan dibelakang sendiri dan bertindak sebagai sweeper pada administrasi pendakian. Namun, lantaran saya yakni orang gres yang diibaratkan tidak tau apa-apa.
Di tengah perjalanan kita akan melalui sungai yang juga berasal dari Lubuk torok. Kami sempat beristirahat sejenak untuk mengisi perut dengan sepotong roti yang kami bawa sebagai bekal. Setelah itu perjalanan kami lanjutkan kembali dengan medan yang tidak begitu berbeda dari sebelumnya. Saya sendiri berjalan diurutan paling belakang. Hal itu bukan lantaran saya yang terkuat dari semua anggota. Sehingga berjalan dibelakang sendiri dan bertindak sebagai sweeper pada administrasi pendakian. Namun, lantaran saya yakni orang gres yang diibaratkan tidak tau apa-apa.
Kendati mirip itu, saya tetap berusaha menjaga diri dan orang-orang yang menemani perjalananku menuju Lubuk torok. Hingga ahirnya kita melalui perkebunan karet kembali dengan medan yang mulai bervariasi. Jalanan mulai naik turun dan sedikit licin. Sesekali kita jumpai juga jembatan kecil yang terbuat dari kayu.
Senja mulai tumbang dan malam lengang lekas tiba menutup pancaran sang surya yang terang. Tetapi, perjalanan kami masih terus berlanjut menuju Lubuk torok. Hingga suatu saat saya terpeleset saat harus menyeberang sungai lagi. Itu disebabkan oleh minimnya penerangan yang kami bawa.Tapi, itu sangat mengasyikkan dan menyegarkan badan. Kami lantas berjalan kembali melewati perkebunan karet. Perjalanan tinggal sebentar lagi untuk hingga di Pondok Pak dhe Yanto. Setibanya disana, tidak ada rombongan lain yang mendirikan camp ataupun menginap di Pondok Pak dhe. Jadi, dengan leluasa kami sanggup menginap di Pondok Pak dhe.Kami lekas mencari kayu bakar dan menciptakan api untuk memasak logostik yang kami bawa untuk makan malam. Si Nduk bertindak sebagai chef ditemani dua temannya. Sedangkan saya dan dua laki-laki lainnya mencari kayu bakar dan menyiapkan penerangan.
![]() |
| Berfoto diantara perkebunan karet bersama Si Nduk |
Selesai makan kami tetapkan untuk tidur lantaran hari semakin larut. Tetapi, saya dan Si Nduk masih terjaga di bale-bale potongan bawah pondok untuk menikmati malam. Hening suasana, derik jangkrik dan binatang lainnya, serta gemericik anutan sungai menemani malam indah itu. Itu yakni malam pertama yang saya lalui di alam bebas Sumatera. Lebih Istimewa lagi lantaran ditemani Si Nduk. Hingga kenyamanan itu harus terbuyarkan akhir turunnya gerimis. Kami lantas naik di potongan atas Pondok. Kami semua tertidur untuk menyambut hari esok.
Pagi harinya saya terbangun lebih dini daripada anggota yang lain. Aku lantas turun untuk mencari ikan di sungai. Namun, anggapanku mengenai ikan-ikan disini keliru. Ternyata ikan disungai itu lebih gesit dari ikan-ikan sungai yang pernah saya temui. Itu lantaran aksara ikan sungai deras memang lebih gesit dibandingkan sungai yang berarus tenang. Sebenarnya masih banyak sekali ikan disungai itu. Berkeliaran kesana kemari dan bermain diantara jeram-jeram sungai. Itu hanya membuatku tersenyum dan berkata dalam hati “bodoh sekali saya ini, dipermainkan seekor ikan”. Hingga ahirnya saya keasyikan melihat ikan-ikan itu bermain diantara bebatuan dibantu dengan penerangan lampu senter yang saya bawa.
Pagi mulai menampakkan dirinya dengan ditandai cahaya mentari yang mulai pecah menyibak kelamnya hutan. Sayang sekali melewatkan pagi yang seindah ini. Pagi yang hening dengan kicauan burung dan jernihnya air, dan ikan-ikan yang bermain riang di sungai. Tak usang kemudian saya kembali ke Pondok dan berniat membangunkan teman-teman yang masih tertidur. Tapi, naas ada sesuatu tragedi alam yang terjadi. Namun, tidak akan saya ceritakan disini.
Oke...!
Lupakan soal kesialan yang terjadi. Kita mulai hari ini dengan hati riang kawan. Karena hari itu sangat cerah dan indah. Kita berjalan sekitar 70 M dari pondok kearah atas. Lalu, apa yang kita dapat? Sebuah lubuk yang tidak mengecewakan luas dan lembap sangat jernih tertampung didalam palung sungai. Tunggu apalagi? Pastilah kita menceburkan diri kedalam air tersebut. Berenang kesana kemari bagai ikan-ikan penghuni lubuk. Kami bercanda dan meluapkan tawa dengan banyak sekali gaya. Lalu, bagaimana untuk mereka yang tidak sanggup berenang? Tenang saja kawan. Di Pondok Pak dhe juga disediakan pelampung dari ban dalam sebanyak dua buah. Pelampung itu sanggup kalian gunakan untuk menopang tubuh kalian semoga sanggup mengambang diatas air.
![]() |
| Berfoto bersama sehabis berenang |
Kami mandi di lubuk hingga kedinginan dan menggigil. Tapi tenang. Alam masih punya kejutan lain. Sinar matahari mulai terik dan sanggup kita manfaatkan untuk berjemur diatas bebatuan sambil memandangi hutan yang terdapat disisi sungai. Sebenarnya alam menyediakan apa yang kita butuhkan secara cuma-cuma tanpa dipungut biaya. Tinggal bagaimana cara kita berterima kasih kepada alam.
Kegiatan selanjutnya yakni berkeliling di area Lubuk torok supaya mengenal lebih dalam Lubuk torok. Sedangkan para kaum hawa beraktifitas mirip biasa memasak logistik untuk makan siang. Sebenarnya sanggup saja kita lanjutkan perjalanan menuju gerojokan Teko, maskot dari Lubuk torok. Tapi, apa boleh buat. Teman-teman lebih menentukan menikmati suasana disekitar Lubuk. Apa saya menyesal? Tentu tidak. Karena disitu saja saya merasa nyaman akan suasananya.
![]() |
| Bersama Si Nduk dengan background Lubuk torok |
Siang harinya ada beberapa rombongan yang tiba untuk berkunjung dan melaksanakan camping ceria sama mirip kami. Memang hari itu yakni ahir pekan. Sehingga pengunjung juga ramai tidak mirip hari-hari biasa. Malamnya kami tidak sanggup tidur cepat lantaran bunyi dari rombongan lain saling bersaing menampilkan performa gitar dan nyanyian mereka. Ya sudahlah, kita buat suasana menjadi lebih asyik. Main kartu yakni aktivitas yang cocok saat tak sanggup tidur. Hingga muka kami dipenuhi coretan-coretan bedak diwajah akhir kalah main. Setelah terasa benar-benar kantuk, kami putuskan untuk tidur. Apalagi bunyi diluar pondok sudah mulai tenang. Esok harinya kami mandi dan tetapkan untuk pulang.
![]() |
| Foto bersama di Pondok Pak dhe |
Perjalanan pulang lebih usang dari perjalanan menuju lubuk itu sendiri. Itu lantaran kami kerap beristirahat dan berfoto untuk kenang-kenangan dan dokumentasi perjalanan tentunya. Setelah hingga di Perkebunan sawit, saya dan Si Nduk berada dibelakang sendiri. Kami berdua putuskan untuk berlari-lari kecil semoga cepat sampai. Kejadian itu benar-benar mirip di film-film India. Hahaha...diperbatasan antara pemukiman dan perkebunan sawit, kami sempat beristirahat dibawah pohon sawit dan bercerita wacana budaya, adab istiadat, dan kehidupan antara pulau Jawa dan Sumatera. Hal itu efektif juga dilakukan sembari menunggu jemputan. Setelah jemputan datang, kami lekas menuju rumah Pak dhe untuk mengambil kendaraan yang kami titipkan. Beristirahat sejenak dan mengganti baju kami yang sudah kotor dan wangi dengan baju bersih. Setelah itu kita pulang menuju Pekanbaru. Sekian artikel yang berjudul Meresapi Ketenangan di Lubuk Torok, Riau. Semoga bermanfaat dan selamat berpetualang. []H2S[]
Catatan :
- Bawalah oleh-oleh untuk ditinggal dirumah Pak dhe Yanto sebagai tanda terima kasih kita kepada beliau.
- Bisa juga anda meminta jasa Pak dhe untuk mengantar menuju Lubuk torok dengan biaya yang disepakati oleh kedua belah pihak (anda dan Pak dhe).
- Jangan buang sampah sembarangan dan melaksanakan eksploitasi hiperbola kepada habitat yang ada disekitar Lubuk torok.
- Siapkan perlengkapan camping sendiri untuk berjaga-jaga.
Terima kasih kepada :
- Imelda AP (Si Nduk)
- Pak dhe Yanto.
- Darma.
- Dewi.
- Erik.
- Nurda M.








Komentar
Posting Komentar